Beranda | Artikel
Pelaku Bidah Terhalang dari Telaga Nabi
Rabu, 17 Maret 2021

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary

Pelaku Bid’ah Terhalang dari Telaga Nabi adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Talbis Iblis. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary pada Senin, 24 Rajab 1442 H / 8 Maret 2021 M.

Ceramah Agama Islam Tentang Pelaku Bid’ah Terhalang dari Telaga Nabi

Ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebut istilah bid’ah, maka beliau menyebutnya dalam konteks celaan. Beliau berbicara bid’ah di sini yaitu menurut terminologi syar’i, bukan menurut makna bahasanya. Dari situ kita tahu bahwa perbuatan bid’ah di dalam agama adalah tidak dibenarkan.

Dalam beberapa hadits disebutkan bahwa perbuatan bid’ah ini tidak diterima di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala walaupun itu diatasnamakan agama dan pelakunya berniat untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Siapa yang melakukan suatu amalan yang tidak ada contohnya dari kami, maka dia tertolak.” (HR. Muslim)

Demikian juga Nabi menetapkan perkara bid’ah, baik itu perkara i’tiqadiyah maupun perkara ibadah, yaitu:

فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

“karena sesungguhnya setiap yang baru adalah perbuatan bid’ah dan setiap bid’ah adalah kesesatan.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah)

Itu adalah rumus agama yang tidak boleh diganggu-gugat oleh siapapun. Bahwa setiap kreasi baru dalam agama adalah bid’ah dan setiap bid’ah di dalam agama itu adalah sesat. Karena yang memiliki hak untuk menetapkan syariat dari langit hanyalah satu orang, yaitu Nabi Muhammad bin Abdillah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Celaan terhadap pelaku bid’ah

Pada satu hadits yang berbicara tentang kondisi manusia pada hari kiamat kelak di padang mahsyar ataupun ketika mereka melewati proses demi proses pada hari kiamat nanti. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ…

“Aku adalah orang yang mendahului kalian sampai di telaga.”

Ini adalah telaga yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan untuk Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan umat beliau.

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu Al-Kautsar.

Salah satu tafsir dari Al-Kautsar ini adalah telaga yang Allah berikan kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Disebut Telaga Kautsar karena sumber airnya dari sungai di surga yang bernama Sungai Al-Kautsar.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menunggu umat beliau di telaga tersebut dan mengajak mereka untuk menyinggahinya dan minum dari airnya. Disebutkan di dalam hadits tentang sifat telaga ini lebih manis daripada madu, lebih putih daripada susu, barangsiapa yang meminumnya, maka dia tidak akan dahaga selama-lamanya.

وليختلجن رجال دوني

“Tetapi ada beberapa orang yang terhalang untuk mendatangi telaga itu.”

Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memanggil mereka dengan berkata:

يَا رَبِّ أَصْحَابِي

“Ya Allah, umatku.”

Ini menunjukkan bahwa orang-orang yang melakukan perkara bid’ah atau yang jatuh dalam bid’ah tidaklah dikafirkan, mereka masih bagian dari kaum muslimin, hanya saja mereka melakukan satu kesalahan besar, yaitu membuat-buat syariat baru di dalam agama yang itu tidak diizinkan sama sekali.

Maka dijelaskan kepada Nabi sebab orang-orang ini terhalang untuk mendatangi telaga beliau, dikatakan:

إِنَّكَ لاَ تَدْرِي مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ

“Engkau tidak tahu perkara-perkara baru yang mereka ada-adakan sepeninggalmu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ini menunjukkan bahwa Nabi tidak tahu apa yang terjadi pada umat beliau setelah beliau wafat. Hal ini karena beliau tidak lagi hidup di dunia/sudah berpindah ke alam yang lain.

Kita tahu bid’ah ini berkembang sepeninggal Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, di akhir masa sahabat yang mulia muncul bid’ah Qadariyah, muncul bid’ah Rafidhah dan beberapa bid’ah-bid’ah lainnya.

Ada beberapa tambahan di dalam riwayat ini, yaitu ketika Nabi mendengar sebab mereka terlempar dari telaga beliau itu karena bid’ah yang mereka ada-adakan dalam agama, maka Nabi berkata:

سُحْقًا سُحْقًا لِمَنْ بَدَّلَ أو غَيَّرَ

“Kalau begitu silahkan menjauh orang-orang yang melakukan perubahan-perubahan ataupun yang mengganti-ganti syariat ataupun agama.”

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sama sekali tidak membenarkan dan tidak membela orang-orang yang membuat kreasi-kreasi baru di dalam agama dan menisbatkan itu kepada agama. Walaupun kita tahu sebagian orang-orang yang melakukan bid’ah tersebut beralasan bahwa mereka melakukannya demi agama.

Beberapa orang memalsukan hadits dan membuat cara-cara baru dalam agama agar manusia semangat ataupun mau melakukan kebaikan. Mereka berbuat itu untuk Nabi atau demi agama. Tapi itu adalah perbuatan yang salah. Niat yang baik tidak menjadikan perbuatan itu menjadi baik kalau tidak dilakukan dengan cara yang baik dan benar.

Maka ada dua hal yang perlu kita perhatikan:

  1. Apa yang melatarbelakangi amal kita? Yaitu tentang keikhlasannya.
  2. Apa landasan amal kita? Yaitu adakah tuntunannya di dalam agama?

Itulah dia perkara yang sangat mudah di dalam beragama, khususnya agama yang Allah turunkan terakhir kepada umat manusia yang diturunkan secara lengkap dan komplit. Nabi telah menjelaskan segala sesuatunya. Allah Subhanahu wa Ta’ala menjaga sunnah NabiNya ini dengan ilmu hadits, yang tidak dimiliki oleh umat-umat terdahulu. Sehingga kita bisa memeriksa/mengecek sunah-sunah Nabi itu dan bisa memahaminya dan mengamalkannya.

Demikian kemudahan yang Allah berikan kepada umat ini, tidak perlu meraba-raba lagi apakah ini sunnah Nabi, apakah ada riwayatnya dari Nabi atau tidak. Islam Allah jaga sebagaimana janjiNya:

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al-Hijr[15]: 9)

Dengan ilmu riwayat, hadits Nabi seolah-olah kita mendengarkannya dari lisan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ini sesuatu yang tidak akan kita temukan di dalam agama-agama samawi lainnya.

Agama ini tidak akan ditimpa apa yang menimpa agama-agama terdahulu yang tidak dikenal lagi bentuk aslinya karena banyaknya perkara-perkara bid’ah yang masuk kedalam agama mereka. Agama ini Allah jaga kemurniannya, salah satunya dengan adanya ilmu hadits.

Bagaimana para ulama salaf menjaga diri dari hal-hal baru di dalam agama? Mari download mp3 kajian dan simak pembahasan yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/49949-pelaku-bidah-terhalang-dari-telaga-nabi/